Mari Bersaksi…!!!
Murid-murid yang sejati adalah mereka yang menjadi pengikut Yesus dan menjadi penjala manusia (Markus 1:17 – Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia).
Yesus menghendaki murid-murid yang mengasihi-Nya dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri mereka sendiri, yang dengan penuh gairah dan semangat menjalankan Amanat Agung-Nya. Tetapi mengapa orang percaya tidak bersaksi? Mengapa tidak menjala manusia?
Tiga alasan umum mengapa orang percaya tidak bersaksi adalah:
1) tidak tahu mengapa harus bersaksi,
2) tidak tahu kepada siapa bersaksi, dan
3) tidak tahu bagaimana bersaksi.
Tetapi kita harus mulai bersaksi dan harus lebih berani bersaksi.
Mengapa Bersaksi? Menularkan Visi.
Untuk apa Allah menyelamatkan kita? Sadarkah kita, Allah tidak hanya ingin menyelamatkan kita tetapi juga seluruh keluarga melalui kita?
Matius 28:19-20 – “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Tiga kebenaran penting dari ayat-ayat di atas adalah:
1) Pergi, bukan datang. Kita harus pergi ke tempat di mana terdapat orang-orang yang terhilang – bukan meminta atau mengharapkan mereka datang.
2) Segala bangsa, bukan hanya beberapa orang. Bagikan kepada semua orang karena kita tidak pernah tahu siapa yang akan Tuhan pilih.
3) Jadikan mereka pelatih (murid), bukan sekadar menjadi anggota gereja. Latihlah setiap orang percaya untuk menaati apa yang ia pelajari DAN meneruskannya kepada orang lain (menjadi seorang pelatih).
Tatkala kita mengubah pendekatan kita untuk manaati Amanat Agung Yesus, Roh Kudus-Nya akan memberdayakan kita untuk menuai hasil-hasil yang melampaui apa yang pernah kita alami sebelumnya.
Kita harus menularkan visi dari kebenaran Matius 28:19-20 kepada orang-orang percaya di sekitar kita. Tidak semua orang atau kelompok yang mendengar penularan visi kita akan bersedia untuk “ya” dalam perkataan dan “ya” dalam tindakan, tetapi jika kita tidak menularkan visi, tak akan ada satu pun yang membuat komitmen.
Kepada Siapa Bersaksi? Daftar Nama!
Mari kita membuat Daftar Nama dari oikos – orang-orang yang kita kenal termasuk keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja.
Mari mengeluarkan selembar kertas dan berdoa: “Tuhan, ingatkan saya, siapa di antara oikos saya yang belum percaya Yesus.”
Mari berdoa, meminta hikmat kepada siapa kita harus membagikan kesaksian kita terlebih dulu.
Mari berdoa agar Roh Kudus membukakan hati nama-nama ini, sebelum kita membagikan Injil kepada mereka. Mari berdoa agar Tuhan memberi keberanian kepada kita untuk membuka mulut dan memulai pembicaraan.
Bagaimana Bersaksi?
Jembatan sederhana plus presentasi Injil. Setelah menerima visi dan membuat Daftar Nama kita akan belajar cara membagikan Injil.
Membagikan Injil terdiri dari dua bagian:
1) Jembatan sebelum memasuki berita Injil
2) Presentasi Injil Kesaksian pendek selama satu sampai tiga menit dapat menjadi jembatan yang sangat baik.
Kesaksian memiliki tahap perkembangan sederhana tentang:
1) Kehidupan saya sebelum berjumpa Kristus,
2) Bagaimana saya datang kepada Kristus dan
3) Kehidupan saya setelah memiliki Kristus
Atau, contoh lain:
1) Sebuah masalah
2) Bagaimana Tuhan mengubah masalah itu dan
3) Kemenangan yang dialami sejak itu (misalnya kebebasan dari kecanduan alkohol, mengalahkan kebiasaan marah, menemukan cara untuk mengampuni seseorang, dll.)
Mari mengeluarkan selembar kertas dan menulis kesaksian kita.
Mari membacakannya.
Mari menghilangkan kata-kata yang terlalu “gerejawi” atau mengandung konsep yang terdengar tidak masuk akal bagi orang nonkristiani.
Setelah kita memiliki keyakinan atau kepercayaan diri untuk membagikan kesaksian pribadi kita, barulah kita bisa maju ke penyajian Injil.
Kesaksian pribadi dirancang untuk menggerakkan hati orang agar tertarik untuk mendengarkan Injil, namun keaksian pribadi bukanlah Injil itu sendiri.
Tujuan kesaksian pribadi hanyalah sebagai jembatan menuju penyajian Injil.
Apa arti Injil? Injil adalah kebenaran tentang Yesus yang mati karena dosa-dosa kita, dikuburkan, namun bangkit kembali untuk membuktikan janji-Nya dan melalui Dia semua orang dapat diselamatkan, melalui pertobatan dan iman.
1Korintus 15:3-5 – Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
Penyajian Injil secara lengkap, tapi ringkas, berisi:
– Yesus mati karena dosa-dosa anda
– Ia dikuburkan
– Ia bangkit pada hari ketiga
– Ia menampakkan diri kepada banyak orang, membuktikan bahwa Ia hidup
– Ia naik ke sorga menjadi Pendoa syafaat
– Ia akan datang kembali untuk menjemput umat-Nya.
Penyajian Injil harus ditutup dengan tantangan untuk mengambil keputusan:
“Percayakah anda bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat?”
“Maukah anda diselamatkan?”
“Maukah anda mempersilakan Yesus masuk ke hati anda?”
Sekarang, saya menantang anda:
Jika anda belum diselamatkan, apakah anda percaya kepada Yesus dan mau menerima Dia sebagai Juruselamat anda?
Jika anda percaya Kristus, bersaksilah kepada orang-orang tersesat di sekitar anda. Maukah anda melakukannya?
Jika anda percaya Kristus, maukah anda membagikan visi kepada sesama orang percaya agar mereka juga pergi bersaksi?
Salib-Nya, Surgamu!
Contoh Bagan Khotbah
Luk.23:39-43
Menghadapi penderitaan
Pola pikir yang benar dalam menghadapi penderitaan akan membuahkan keselamatan dan berkat bagi sesama.
Ketika hari hujan petani bersukacita karena dapat mengerjakan sawahnya, tetapi banyak orang mengeluh karena merasa dirugikan, misalnya salesman, penjual es, pemborong bangunan. Jika hujan terjadi terus-menerus akan semakin banyak orang mengeluh dan hanya sedikit saja yang dapat tetap bersukacita.
Begitu juga bila hari panas, ada yang senang dan ada yang susah. Tetapi jika panas sangat menyengat dan berkepanjangan akan semakin banyak orang mengeluh.
Setiap orang pasti akan mengalami masalah atau pergumulan atau penderitaan baik ringan atau berat, kecil atau besar, lunak atau keras. Yang menyebabkan perbedaan cara menyikapinya adalah pola pikir kita.
Kita akan melihat dari Luk.23:39-43 bahwa pola pikir yang keliru menghasilkan sikap yang keliru terhadap penderitaan. Sedangkan pola pikir yang benar terhadap penderitaan membuahkan sikap yang benar dan hasil yang baik.
Saya berharap setelah mendengar khotbah ini saudara akan memiliki sikap yang benar terhadap penderitaan dan saudara akan menikmati buah dari penderitaan yang saudara alami.
Mari kita lihat pola pikir dan sikap yang keliru terhadap penderitaan.
I. PENDERITAAN MENGAKIBATKAN PENGHUJATAN (ayat 39)
Orang yang memiliki pola pikir duniawi akan bersikap keliru terhadap penderitaan dan akan membuatnya semakin berdosa dengan menghujat Allah.
Ayat 39 – Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!”
“menghujat” – mencerca, mencemooh, menghina, merendahkan
“Kristus” – Mesias, Raja penyelamat, yang diharapkan
Ironis : menghina tapi mengharapkan pertolongan!
“selamatkanlah” – Yunani: sozo
Arti jasmani: menyelamatkan, memelihara; menyelamatkan dari penyakit, bencana alam.
Arti rohani: melepaskan dari hukuman kekal.
Penjahat ini berpola pikir duniawi, menghendaki keselamatan jasmani.
Pemimpin-pemimpin (ayat 35), prajurit-prajurit (36-37), juga tulisan (ayat 38) berpandangan duniawi.
Penjahat ini gambaran orang berdosa akhir zaman (Why.16:9,11,21), menderita, menghujat dan tidak bertobat
Orang yang berpola pikir duniawi akan menghadapi penderitaan dengan menambah dosa menghujat Allah.
Bagaimana dengan kita? Ketika menderita apakah kita bersungut-sungut seperti bangsa Israel di padang gurun? Mengutuk seperti istri Ayub? Marah-marah? Protes? …?
Lalu, bagaimana seharusnya kita menghadapi penderitaan? Kita harus memahami bahwa…
II. PENDERITAAN MEMBUAHKAN KESELAMATAN (ayat 40-43)
Pola pikir yang benar dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan sikap yang benar dan buah yang benar.
Penjahat ke-2 ini memiliki pola pikir benar, yakni pola pikir rohani. Pola pikir rohani ditandai dengan sikap-sikap rohani:
1. Menyadari kehadiran Allah dalam Yesus (ayat 40, 41c)
Ayat 40 – Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama?
“Takut” – ditaruh pada ketinggian yang mengerikan; dipukul, dibenturkan, ditabrak dengan rasa ketakutan; memuliakan, memperlakukan dengan pebuh hormat.
Penjahat ini melihat Yesus yang tak bersalah (ayat 41c) tetapi disalib bersama dia dan temannya, para penjahat. Menyadari itu ia mengalami perasaan yang luar biasa mengerikan. Rasa takut dan hormat terhadap Allah menyelinap dalam hatinya.
2. Menyadari dosa dan hukumannya (ayat 41a-b)
Ayat 41a-b – Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita…
Ia pasrah meskipun tidak ada pertolongan jasmani, sebagai konsekwensi kesalahan yang diperbuatnya. Tetapi ia tahu bahwa ia akan berada dalam kehidupan yang lain…
3. Menyerahkan hidup rohaninya kepada Kristus (42)
Ayat 42 – Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.”
KJV: “Jesus, Lord, …”
“Ingatlah” – uruslah, peliharalah, sediakanlah tempat bagiku
“Raja” – Raja Mesias, Pembebas, Penebus, Pelepas penderitaan umat-Nya. Ini pikiran rohani. (Bukan pikiran duniawi seperti penjahat ke-1, “raja duniawi”)
Lihat Yoh.6, bandingkan ayat 15 dengan ayat 68-69.
èHasil: keselamatan rohani (43)
Ayat 43 – Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
“sesungguhnya” – Amen! Jadilah seperti itu!
“bersama-sama dengan Aku” – duduk di sisi-Nya, berbincang dengan Dia, makan semeja dengan Dia, dimuliakan dalam kemuliaan-Nya, menikmati kebahagiaan surgawi, menikmati persekutuan yang erat dengan-Nya. Unity with Christ!
“Firdaus” – taman menyenangkan, taman raja, Taman Firdaus Allah (Why.2:7b)
Kalvari, Golgota, Tengkorak, mengerikan à Firdaus, taman indah, menyenangkan!
Kutukan, mati disalib à berkat, hidup bersama Kristus!
Kehinaan à kemuliaan!
Jadi, mari kita berpikir rohani dalam menghadapi penderitaan agar kita dapat menikmati berkat-berkat-Nya melalui penderitaan itu.
Jika anda belum diselamatkan, datang pada-Nya sekarang untuk memperoleh anugerah keselamatan yang disediakan Allah melalui Kristus.
Jika anda sudah diselamatkan nikmati penderitaan yang anda hadapi dan raih berkat-Nya melalui kehadiran-Nya dalam penderitaan anda.
Ada orang berdosa menderita, makin bertambah dosa dan mati dalam dosanya. Ada orang berdosa menderita dan memperoleh anugerah keselamatan. Masih ada satu pelajaran yang berharga bagi kita.
III. ORANG BENAR MENDERITA UNTUK MENJADI BERKAT BAGI SESAMA (ayat 43)
Mengapa Yesus, orang benar itu, menderita disalib?
Yesus disalib untuk membawa manusia berdosa kembali menikmati hidup bersama-sama Allah!
Yesus menderita untuk membawa manusia yang terpisah dari Allah kembali kepada-Nya, agar tidak mengalami keterpisahan selama-lamanya.
Salib-Nya, surgamu! Ia mati disalib agar anda memperoleh surga.
Allah kita bukan Allah yang dari Surga berteriak-teriak meminta umat-Nya kembali. Tetapi Ia datang untuk merenggut kita dari kebinasaan.
Mzm.18:17 – Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir.
Kesaksian: Saya pernah belajar berenang dan hampir mati tenggelam. Seseorang menyelam dan dari bawah ia mendorong saya ke permukaan!
Kita harus rela menderita seperti Dia, untuk menjadi berkat bagi orang lain.
1Ptr.2:21 – Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
KESIMPULAN
Ada tiga jenis orang:
1. Orang berdosa yang menderita, terus bertambah dosa dan mati dalam dosanya.
2. Orang berdosa yang menderita, memperoleh anugerah keselamatan dengan memiliki pemikiran rohani, peka terhadap kehadiran Allah, menyadari dosa dan hukumannya serta menyerahkan hidupnya kepada Kristus.
3. Orang benar yang menderita untuk menjadi berkat bagi seama.
PENERAPAN
Jangan keras kepala dan mati dalam dosa-dosamu!
Kalau saudara belum diselamatkan, biarlah penderitaan yang saudara alami menjadi sarana bagi saudara untuk kembali kepada Allah. Biarlah salib-Nya menjadi surgamu!
Kalau anda sudah percaya dan diselamatkan, mari teladani Kristus, bersiaplah untuk menderita bersama Dia. Biarlah orang lain melihat bahwa Kristus hidup dalam kita dan mereka memperoleh anugerah Allah melalui hidup kita.
Budi Kasmanto
STT MD – 4 November 2011
Perbedaan Khotbah Topikal dan Tekstual
Perbedaan Khotbah Topikal dan Tekstual
Topikal | Tekstual |
Pengkhotbah menentukan topik atau tema | Pengkhotbah memilih teks atau nas |
Khotbah berdasarkan pada topik yang telah ditetapkan terlebih dulu oleh pengkhotbah | Khotbah berdasarkan pada teks/ nas yang digali oleh pengkhotbah |
Contoh:Tema: Hidup dalam Damai Sejahtera
|
Contoh: Rm.5:1-11Tema: Bermegah dalam Kasih Karunia
|
Pengkhotbah memilih temaTema ditentukan terlebih dulu oleh pengkhotbah | Teks menyediakan temaPengkhotbah menggali teks untuk menemukan tema |
Pengkhotbah menentukan perkembangan khotbah | Teks menentukan perkembangan khotbah |
Pengkhotbah mengkhotbahkan jalan pikirannya sendiri (jika kurang memahami Alkitab) | Pengkhotbah mengkhotbahkan jalan pikiran Allah |
Garis besar khotbah diambil dari bagian Alkitab yang berjauhan | Garis besar khotbah diambil dari nas (bagian Alkitab yang berdekatan) |
Teks berada dalam kekuasaan pengkhotbah | Pengkhotbah dalam kekuasaan teks |
Pengkhotbah mempelajari beberapa bagian Alkitab yang terpisah. | Pengkhotbah mempelajari satu bagian Alkitab |
Pengkhotbah menghayati beberapa bagian Alkitab yang terpisah. | Pengkhotbah menghayati satu bagian Alkitab |
Evaluasi Khotbah
EVALUASI KHOTBAH
DAFTAR PERTANYAAN
Rekamlah khotbah anda lalu dengar dan pelajari ulang supaya kita dapat melihat kekurangan kita.
Berikut adalah daftar pertanyaan untuk mengevaluasi khotbah kita.
SUSUNAN KHOTBAH
1. Judul
Apakah judulnya kontemporer? Berdampak? Akurat? Jelas? Pendek?
Apakah judulnya menyatakan khotbahnya?
2. Pembacaan Nats
Apakah nas dinyatakan dengan jelas?
Apakah waktu diberikan untuk menemukan nas?
Apakah nas dibaca dengan baik dan benar?
3. Pendahuluan
Apakah menarik perhatian?
Apakah membangkitkan kebutuhan untuk mendengar?
Apakah menghadapkan pendengar pada tema? Atau pada garis besar pertama?
Apakah tujuan khotbah dinyatakan?
Apakah panjangnya tepat?
Apakah latar belakang nas atau khotbah jelas?
4. Garis-garis Besar
Apakah garis-garis besar dinyatakan secara jelas? Apakah bagian nas dinyatakan secara cukup? Apakah dijelaskan dan diaplikasikan selayaknya?
Apakah perkembangannya jelas? Apakah secara keseluruhan susunannya jelas?
Apakah khotbah memiliki satu tema? Dapatkah pendengar menyatakannya?
Apakah transisi jelas? Apakah transisi berfungsi untuk meninjau kembali?
Adakah hubungan antar garis-besar?
Apakah garis-garis besar terhubung dengan tema?
Apakah sub-garis-besar dihubungkan secara jelas pada garis-besar?
5. Rancangan Garis-besar
Apakah khotbah tersusun dalam cara yang berdampak?
Apakah fakta-fakta tersusun secara logis? Tersusun secara kronologis?
6. Kesimpulan
Apakah khotbah dibangun menuju klimaks?
Adakah kesimpulan yang memadai?
Apakah tema dinyatakan kembali?
Apakah penutup menarik dan memberikan anjuran?
ISI
1. Tema dan Penafsiran
Apakah tema atau topik anda penting atau berarti?
Apakah cocok dengan nas dan pendengar?
Apakah pokok utama dari nas dinyatakan secara terang dan jelas?
Apakah khotbah ditambatkan pada penafsiran yang bagus?
Apakah anda menyatakan keyakinan anda terhadap nas?
Apakah tema dianalisa dengan penuh? Logis?
Apakah argumen-argumen meyakinkan?
Apakah isinya menunjukkan keaslian (sesuai dengan nas)?
2. Materi Pendukung
Apakah materi pendukung dihubungkan secara terpadu dengan garis-garis besar?
Apakah menarik? Bervariasi? Khas? Memadai?
Apakah garis-garis besar dinyatakan ulang setelah diilustrasikan?
3. Penerapan
Apakah penerapan dibuat pada tempat yang tepat?
Apakah penerapan ditancapkan pada pendengar? Apakah konkret?
Apakah mereka menjawab dengan pertanyaan “lalu apa yang harus saya lakukan”?
Apakah mereka menjawab dengan pertanyaan “sekarang apa yang akan saya lakukan”?
GAYA
Apakah semua tatabahasa benar?
Apakah kosakata nyata? Gamblang? Bervariasi?
Apakah kata-kata dipergunakan dengan benar?
Apakah pemilihan kata-kata menambah keefektifan khotbah?
TINJAUAN MENGENAI PENYAMPAIAN
Apakah anda berbicara cukup keras?
Apakah anda berbicara secara langsung kepada pendengar?
Apakah anda bersahabat?
Apakah penyampaian anda seperti percakapan yang hidup, bersemangat?
Apakah anda gagap mengucapkan kata-kata?
Apakah anda menggunakan nada suara yang menyenangkan?
Apakah anda mengucapkan kata-kata dengan jelas?
Apakah anda menyelang-nyeling titinada, volume dan kecepatan suara?
Apakah anda menggunakan jeda secara efektif?
Apakah seluruh tubuh anda dilibatkan dalam penyampaian?
Apakah anda menggunakan gerak tubuh?
Apakah gerak tubuh anda spontan? Tertentu, pasti?
Apakah anda menghindari lagak yang mengacaukan?
Adakah ekspresi wajah yang bagus?
Apakah mata anda tertuju pada pendengar?
Apakah anda menyadari respon mereka?
-
Arsip
- September 2012 (5)
- Maret 2012 (5)
- Februari 2012 (5)
- Januari 2012 (6)
-
Kategori
-
RSS
Entries RSS
Comments RSS